"Hasil penelitian kami sangat mengkhawatirkan, di mana para calon ibu yang sedang hamil lebih mudah berbohong tentang kebiasaan merokoknya. Padahal merokok saat hamil meningkatkan berbagai risiko kesehatan saat kehamilan, seperti bayi lahir prematur, keguguran dan kematian janin," tutur Hall, dikutip dari Reuters.
Penelitian dilakukan kepada 787 wanita hamil yang melaporkan kebiasaan merokok mereka saat trimester terakhir kehamilan. Selain mengisi survei laporan, para partisipan juga dicek urinnya untuk melihat kandungan sisa nikotin, penggunaan narkoba serta obat-obat terlarang lainnya.
Rata-rata partisipan berusia 28 tahun. Hasil studi menyebut 67 dari 787 orang mengaku merokok selama trimester terakhir kehamilan. Namun berdasarkan hasil tes urine, sisa kandungan nikotin ada pada 117 partisipan.
Hall mengatakan penelitian dilakukan untuk mencari tahu apa sebab utama wanita hamil masih merokok meskipun sudah mengetahu bahaya dan efek buruknya. Salah satu dugaan alasannya adalah faktor stres akibat kurangnya dukungan finansial atau buruknya hubungan rumah tangga dengan suami.
"Berhenti merokok memang sulit dan merupakan tantangan bagi semua orang. Namun bagi ibu hamil, patut diingat yang berisiko mengalami efek buruknya bukan hanya dirinya sendiri, namun juga janin yang dikandungnya," urai Hall.
Penelitian ini dipublikasikan di Journal of Perinatalogy.